Minggu, 06 November 2011

Pendekatan Kepemimpinan (Perilaku Organisasi)


Kisah Sukses The President - BARRACK OBAMA







Kehidupan seorang Barrack Obama memang berliku tetapi karena kecerdasan intelektual dan emosinalnya mampu mengantarnya menjadi seorang calon presiden US. Sampai saat ini, Barrack Obama adalah calon presiden US African-American yang pertama kali. Barrack Obama kecil lahir di Honolulu, Hawai pada 4 Agustus 1961. Ayahnya bernama Barrack Obama, Sr. dan ibunya bernama Ann Dunham. Kedua orang tuanya bercerai ketika dia masih berumur 2 tahun.

Dia ikut ibunya yang kemudian ikut tinggal di Jakarta karena ibunya menikah lagi dengan Lolo Soetoro, seorang warga Indonesia dan sempat bersekolah di SDN Menteng, Jakarta. Barack Obama, dikenang oleh guru dan teman-temannya di SD Menteng, Jakarta, sebagai murid bertangan kidal yang cerdas. 4 tahun berselang, Barrack Obama pindah ke Hawaii untuk tinggal bersama nenek dari ibunya, Madelyn dan Stanley Dunham. Dia kemudian didaftarkan di Punahou Academy dan duduk di tingkat lima. Di sekolah ini Barrack adalah satu dari tiga murid berkulit hitam yang kemudian memunculkan kesadaran sosialnya tentang rasialisme. Hal ini terjadi karena dia benar-benar merasakan menjadi kaum minoritas berkulit hitam.

Barrack mendapatkan gelar ilmu politiknya pada tahun 1983 setelah mentransfer studinya dari Occidental College ke Columbia University di New York. Kemudian dia melanjutkan studinya ke Harvard Law School pada tahun 1988 dan lulus dengan predikat magna cum laude pada tahun 1991. Di tahun sebelumnya, Barrack adalah orang pertama yang menjadi editor African-American di Harvard Law Review. Sebuah prestasi yang mengagumkan. Setelah lulus, Barrack menjadi pengacara dan mengajar hukum. Pekerjaannya ini yang mendorong Barrack Obama masuk dunia politik. Dia mencalonkan diri menjadi anggota senat di Illinois dan terpilih pada tahun 1996. Selama menjadi senator, berbagai hal dilakukan oleh Barrack Obama mulai dari kepentingan sosial sampai politik termasuk menentang keputusan George W. Bush melakukan invasi besar-besaran ke Irak.

Tubuh Senator Barack Obama seperti menyimpan energi magnetik yang luar biasa. Kehadirannya di bursa pencalonan Presiden AS 2008 mampu menyedot perhatian banyak pihak, mulai dari kalangan mahasiswa, kaum muda, African-American, aktivis antiperang dan properdamaian, pengusaha, sampai selebritis Hollywood.

Belum lama ini mahasiswa di George Mason University, Fairfax, Virginia menggelar acara “Barack Obama for President”, dan hasilnya puluhan ribu mahasiswa secara antusias menghadiri acara untuk mendengarkan pidato Obama.

Kelompok pemuda dan mahasiswa itu menggalang massa untuk sang calon presiden melalui website facebook. com, dan hasilnya kurang dari tiga minggu mampu merekrut ratusan ribu pendukung! Tidak hanya mahasiswa, para selebritis Hollywood juga ramai-ramai mendukung pencalonan Obama. George Clooney dan Oprah Winfrey adalah dua di antara selebritis papan atas Hollywood yang terang-terangan mendukung pencalonan Obama. Miliarder George Soros yang dikenal anti-Bush dan antiperang juga mendukung Sang Senator.

Sejak Obama menerbitkan buku biografi best seller-nya, The Audacity of Hope, namanya meroket bak meteor. Layaknya sang bintang, Obama juga selalu menjadi pusat perhatian media massa di mana pun ia berada. Spekulasi pun bermunculan, yang mengatakan bahwa ketokohan Obama menyamai para tokoh kulit hitam sebelumnya seperti Martin Luther King Jr, Malcolm X, dan Cassius Clay (Muhammad Ali), dalam hal perjuangan hak asasi manusia.

Karirnya terus menanjak dan sampai pada puncaknya ketika dia mengumumkan pencalonan dirinya menuju kursi kepresidenan Amerika Serikat. Di sini dia bersaing ketat dengan mantan ibu Negara yaitu Hillary Rodham Clinton. Akhirnya, dia dinominasikan sebagai kandidat presiden mewakili partai Demokrat.

Sekarang Obama telah mencapai puncak kesuksesannya sebagai Presiden di negara yang paling berpengaruh di Amerika Serikat.Semoga langkah politik Obama nanti bisa memberikan kontribusi yang positif bagi dunia terutama bagi Bangsa Indonesia

Sumber :
Fiedri Dasril, Kisah Sukses The President - BARACK OBAMA, 2010, http://kisah-kisah-inspiratif.blogspot.com/2010/08/kisah-sukses-president-barack-obama.html



Pendekatan Teori Kepemimpinan

Dalam upaya melaksanakan kepemimpinan yang efektif, selain memiliki kemampuan dan keterampilan dalam kepemimpinan, seorang pemimpin sebaiknya menentukan gaya kepemimpinan yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi anggota kelompok. Banyak studi ilmiah yang dilakukan oleh banyak ahli mengenai kepemimpinan, dan hasilnya berupa teori-teori tentang kepemimpinan. Sehingga teori-teori yang muncul menunjukkan perbedaan. Menurut Kartini Kartono (1994:61) perbedaan-perbedaan tersebut antara lain dalam; pendapat dan uraiannya, metodologinya, intepretasi yang diberikan dan kesimpulan yang ditarik.
Menurut M. Thoha (1994:250) mengungkapkan beberapa teori kepemimpinan yaitu :

1.         Teori Sifat ( Trait Theory)

Pada pendekatan teori sifat, analisa ilmiah tentang kepemimpinan dimulai dengan memusatkan perhatiannya pada pemimpin itu sendiri. Yaitu apakah sifat-sifat yang membuat seseorang itu sebagai pemimpin. Dalam teori sifat, penekanan lebih pada sifat-sifat umum yang dimiliki pemimpin, yaitu sifat-sifat yang dibawa sejak lahir. Teori ini mendapat kritikan dari aliran perilaku yang menyatakan bahwa pemimpin dapat dicapai lewat pendidikan dan pengalaman.
Sehubungan dengan hal tersebut , Keith Davis (dalam Kartini Kartono, 1994:251) merumuskan empat sifat umum yang nampaknya mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan efektifitas
kepemimpinan yaitu:

a.        Kecerdasan, hasil penelitian pada umunya membuktikan bahwa pemimpin mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipimpin.

b.      Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial, pemimpin cenderung menjadi matang dan mempunyai perhatian yang luas terhadap aktivitas-aktivitas sosial. Dia mempunyai keinginan menghargai dan dihargai.

c.       Motivasi diri dan dorongan berprestasi, para pemimpin secara relatif mempunyai dorongan motivasi yang kuat untuk berprestasi. Mereka bekerja berusaha mendapatkan penghargaan yang intrinsik dibandingkan dengan ekstrinsik.

d.      Sikap dan hubungan kemanusiaan, pemimpin-pemimpin yang berhasil mau mengakui harga diri dan kekuatan para pengikutnya dan mampu berpihak kepadanya.



2.      Teori Situasional dan Model Kontingensi

Dalam model kontingensi memfokuskan pentingnya situasi dalam menetapkan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan permasalahan yang terjadi. Sehingga model tersebut berdasarkan kepada situasi untuk efektifitas kepemimpinan. Menurut Fread Fiedler, kepemimpinan yang berhasil bergantung kepada penerapan gaya kepemimpinan terhadap situasi tertentu. Sehingga suatu gaya kepemimpinan akan efektif apabila gaya kepemimpinan tersebut digunakan dalam situasi yang tepat. Sehubungan dengan hal tersebut, Fiedler (dalam Abi Sujak, 1990:10) mengelompokkan gaya kepemimpinan sebagai berikut:

a.       Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada orang (hubungan)
Dalam gaya ini, pemimpin akan mendapatkan kepuasan apabila terjadi hubungan yang mapan diantara sesama anggota kelompok dalam suatu pekerjaan. Pemimpin menekankan hubungan pemimpin dengan bawahan atau anggota sebagai teman sekerja.

b.      Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas
Dalam gaya ini pemimpin akan merasa puas apabila mampu menyelesaikan tugas-tugas yang ada padanya. Sehingga tidak memperhatikan hubungan yang harmonis dengan bawahan atau anggota, tetapi lebih berorentasi pada pelaksanaan tugas sebagai prioritas yang utama.


3.      Teori Jalan Kecil-Tujuan (Path-Goal Theory)

Dalam teori Jalan Kecil-Tujuan berusaha untuk menjelaskan pengaruh perilaku pemimpin terhadap motivasi, kepuasan, dan pelaksanaan pekerjaan bawahan atau angotanya. Berdasarkan hal tersebut, House (dalam M. Thoha, 1996:259) dalam Path-Goal Theory memasukkan empat gaya utama kepemimpinan sebagai berikut:

a.       Kepemimpinan direktif
Gaya ini menganggap bawahan tahu senyatanya apa yang diharapkan dari pimpinan dan pengarahan yang khusus diberikan oleh pimpinan. Dalam model ini tidak ada
partisipasi dari bawahan atau anggota.

b.      Kepemimpinan yang mendukung
Gaya ini pemimpin mempunyai kesediaan untuk menjelaskan sendiri, bersahabat, mudah didekati, dan mempunyai perhatian kemanusiaan yang murni terhadap
bawahan atau anggotanya.


c.        Kepemimpinan partisipatif
Gaya kepemimpinan ini, pemimpin berusaha meminta dan mempergunakan saran-saran dari para bawahannya. Namun pengambilan keputusan masih tetap berada padanya.

d.      Kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi
Gaya kepemimpinan ini menetapkan serangkaian tujuan yang menantang para bawahannya untuk berprestasi. Demikian juga pemimpin memberikan keyakinan kepada mereka mampu melaksanakan tugas pekerjaan mencapai tujuan secara baik.


Sumber :

Kartono, Kartini, (1994), Pemimpin dan Kepemimpinan, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Nawawi, Hadari, (1995), Kepemimpinan yang Efektif, Gajah Mada Unisity Press, Yogyakarta.
Thoha, Miftah, (1996), Perilaku Organisasi, PT. Raja Erfindo Persada, Jakarta.





Analisis Berdasar Pendekatan Kepemimpinan

Menurut saya, Obama adalah seorang pemimpin yang luar biasa. Karena, sekalipun beliau merupakan kaum minoritas, namun itu bukanlah suatu alasan yang menjadi penghalang untuk kesuksesan yang akan menjadi destiny-nya. Seringkali ketika kita menemukan beberapa tantangan yang memadamkan semangat kita, otomatis kita akan langsung meninggalkan cita-cita tersebut. Namun satu hal yang harus kita petik dan tiru dari beliau adalah semangat pantang menyerah dan tidak melihat kekurangan sebagai kekurangan, namun kekurangan menjadi suatu kelebihan, serta selalu memperlengkapi diri dengan berbagai informasi dan pengetahuan.

Berdasarkan pendekatan kepemimpinan di teoritis, saya menyimpulkan bahwa Obama masuk ke dalam kategori seperti berikut ini : 

1. Teori Sifat

Sudah tidak usah diragukan lagi bahwa Barrack Obama adalah seorang pemimpin yang intelegent. Dan tentu saja beliau memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang-orang yang dipimpinnya. Selain itu juga beliau mempunyai perhatian yang luas terhadap aktivitas-aktivitas sosial, mau menghargai dan akhirnya dihargai banyak orang, serta memiliki motivasi yang tinggi dalam mencapai suatu cita-cita.
Banyak orang yang ketika sudah punya “nama” di benak masyrakat luas, kemudian dia lupa diri dan seringkali jadi tidak bisa menghargai orang lain dan tidak berniat untuk mengembangkan potensi diri. Namun lain halnya dengan Sang Presiden Barrack Obama. Beliau selalu berusaha menghargai siapa pun termasuk bawahannya. Di samping itu, beliau juga terus menerus menambah pengetahuan dengan hal-hal yang up to date.

      2. Path-Goal Theory

a.      Kepemimpinan yang Mendukung
Sekalipun sudah menjadi “orang nomor satu” di Amerika Serikat, beliau tetap selalu berusaha untuk bersahabat, mudah didekati, dan mempunyai perhatian kemanusiaan yang murni terhadap bawahan atau anggotanya. Keramahan Obama ini mungkin bisa juga dikarenakan beliau sempat merasakan bagaimana rasanya menjadi kaum minoritas ketika masih duduk di bangku sekolah. Sehingga rasialisme tersebut bukannya mematahkan semangat Obama, namun hal itulah yang menjadi salah satu pemicu kesuksesannya kini.

b.  Kepemimpinan partisipatif
Sebagai seorang pemimpin yang baik, Barrack Obama berusaha meminta dan mempergunakan saran-saran dari para bawahannya. Bukan hanya pejabat Negara saja yang diperhatikannya, melainkan keluhan rakyat juga dicoba untuk diselesaikannya. Setiap saran dan pendapat diterimanya dengan baik, namun pengambilan keputusan masih tetap berada padanya.

Satu hal yang bisa saya petik dari daftar panjang perjalanan hidup seorang Barrack Obama adalah : “Sekalipun kita kaum minoritas, jangan pernah berhenti untuk bermimpi dan berusaha. Sebab, kesuksesan itu awal datangnya dari diri kita sendiri.”
Berusaha, berusaha, dan terus berusaha. Di samping itu, kita harus tetap memperlengkapi diri kita dengan berbagai pengetahuan. Pengetahuan tersebut bisa kita dapatkan di berbagai tempat dan berbagai media. Bahkan, hanya dengan internet saja, semua kebutuhan informasi kita sudah akan langsung terpenuhi. Dan jangan lupa untuk tetap menghargai orang lain. Menghargai setiap perkataan, setiap keluhan, setiap pendapat, dan setiap apa yang dilakukannya. Itulah ciri khas dari  seorang pemimpin yang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar